Musik metal awalnya hanyalah hiburan bagi Apron Stamril, namun tanpa disadarinya musik-musik pemuja setan tersebut lama kelamaan membuat dirinya seperti dirasuki oleh setan.
“Saya mulai melukis-lukis tembok-tembok itu dengan segala penghuni neraka. Saya mulai gambarkan monster-monster, saya mulai gambarkan ada api, tengkorak-tengkorak. Mahluk-mahluk itu adalah keluarga saya. Pikiran dan hidup saya mulai dirubah, saya seperti bukan si Apron lagi.”
Tidak berhenti sampai disana, prilaku Apron pun berubah menjadi beringas dan suka kekerasan. Suatu kali, hanya karena seseorang melihatnya dengan pandangan aneh, Apron dan teman-temannya memukuli orang tersebut.
“Dia jatuh ke got, masih kita injak-injak. Saya ambil batu lalu pukul kepalanya. Lalu teman saya berkata, 'Udah-udah, kita pergi.' Baru beberapa langkah, ada suara dalam hati saya seperti meneriakkan kepada telinga saya, 'Habisin aja!' Lalu saya balik lagi, dan menginjak-injak dia. Saya ngga tahu orang itu mati atau ngga sampai sekarang.”
Kekerasan dan keberingasan Apron tidak hanya dilampiaskan kepada lawan berkelahinya saja. Bahkan ia melakukan fantasi seks yang gila dan penuh kekerasan kepada kekasihnya. Dengan mencekik dan memukuli kekasihnya, pribadi lain dalam diri Apron seakan dipuaskan.
Namun setelah melakukan berbagai tindakan jahat itu, Apron terkadang menangis. Batinnya merasa tersiksa oleh semua tindakannya, namun ia tak mengerti mengapa ia terus melakukannya. Hingga suatu hari, sebuah rahasia terkuak. Sang kakak menceritakan bahwa saat ia masih kecil, ibunya hampir saja melemparkan dirinya ke tungku api.
“Mendengar kejadian itu, hati saya jadi sedih. Ternyata saya ini memang anak buangan ya..”
Namun ia tahu, ibunya saat itu melakukan tindakan nekat itu karena tertekan dan mengalami gangguan jiwa akibat siksaan sang ayah. Tak jarang sang ayah memukuli ibunya tanpa rasa kasihan di depan matanya. Hal tersebut membuatnya membenci sang ayah.
“Sampai suatu kali muncul pikiran gila, 'Pengen ku bunuh nih orangtua..” tutur Apron.
Kebenciannya pada ayahnya semakin dalam saat melihat ibunya yang sering kerasukan dan mengalami gangguan jiwa akibat tidak kuat mengalami siksaan mental dan fisik dari sang ayah. Sejak itulah ia mulai masuk dalam kehidupan jalanan dan terjerat dalam musik-musik pemuja setan.
Belum sempat mewujudkan keinginannya untuk membunuh sang ayah, Apron mengalami sebuah penyakit yang sangat menyiksanya. Karena sudah putusasa, Apron menghubungi kakaknya dan sebuah nasihat dari sang kakak menjadi titik balik kehidupannya.
“Sudahlah kau harus banyak berdoa. Kau harus terima Tuhan Yesus,” demikian nasihat sang kakak.
Sang kakak mengirimkan uang agar Apron membeli Alkitab. Saat hendak membeli Alkitab, mata Apron tertuju pada sebuah buku yang berjudul, “Dibebaskan Dari Jerat Iblis.” Judul buku itu begitu mengusik hatinya dan membawa langkah kakinya ke sebuah ibadah. Disana Apron berseru, “Tuhan, aku ini jahat. Masih mungkin ngga Engkau terima saya. Kalau Tuhan mau terima saya, aku akan berikan hidupku kepada-Mu.”
Sejak hari itu pemulihan demi pemulihan dialami oleh Apron. Kaset-kaset lagu metal itu dibakarnya, bahkan Apron meninggalkan rokok, minuman keras dan kehidupan seks bebas. Pada hari itu ia berkata, “Tidak akan lagi hal itu menyentuh hidup saya, hanya Yesus yang bisa menyentuh hidup saya,” demikian Apron memproklamirkan kebebasannya dari perbudakan setan. (Kisah ini ditayangkan pada 25 Januari 2011 dalam acara Solusi Life di O'Channel.)
Sumber Kesaksian:Apron Stamril
No comments:
Post a Comment