Ilustrasi terbesar Alkitab tentang ketakutan orang yang tidak percaya vs orang beriman yang tidak takut dapat dilihat dalam kehidupan orang Israel selama 40 tahun perjalanan mereka di Padang Gurun.
Selama 40 tahun tersebut orang Israel mengalami muiizat yang luar biasa: dikirim roti sorgawi, pakaian yang tidak pernah lapuk antara lainnya. Seringkali sebenarnya perjalanan mereka bahkan sudah mendekati Tanah Perjanjian. Mereka bukan hanya percaya bahwa mereka bisa masuk Tanah Perjanjian tsb. Mereka bahkan melihat bahwa Tanah Perjanjian itu adalah milik mereka. Mereka tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah rencana Tuhan bagi mereka.
Iman mereka sejauh ini sempurna…TETAPI ada kekurangan fatal dalam iman mereka : Ada cacing-cacing ketakutan dalam hati mereka. Iman mereka jadi sia-sia karena ketakutan mereka.
Hal ini mengakibatkan sebagian besar dari mereka tidak pernah memasuki Tanah Perjanjian. Mereka panik. Mereka menggerutu tentang nasib mereka. Tetapi mereka tidak punya cukup iman untuk mengubah nasib mereka. Mereka mengeluh disaat seharusnya mereka berpesta. Dan mereka mati tanpa pernah masuk Tanah Perjanjian.
Waktu Yesus berkata Percaya saja, Jangan takut! (Mark 5:36) Maka ini adalah analisa yang mendalam dari perasaan ini. Biasanya kita berkata, “Jangan takut. Berani saja. Miliki keberanian! Yesus tidak hanya berkata, “Jangan takut!” dia tahu bahwa takut adalah sifat bawaan manusia. Yesus berkata, “Jangan takut. Percaya saja!” Pemazmur pun menasehatkan hal yang sama :
Mazmur 56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;
Jadi saat ketakutan melanda adalah WAKTU untuk percaya. Sedihnya, beberapa orang menghadapi ketakutan dengan gemetar, depresi dan panik.
Penulis Mazmur 42 mungkin juga mengalami tekanan yang sama. Tetapi sekali lagi imanlah yang menyelamatkannya.
Mazmur 42:6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku
Dia sepertinya tidak punya penjelasan rasional tentang depresi yang dia alami. Tetapi dia tahu kemana dia bisa pergi untuk mendapatkan KEKUATAN. Dia berkata kepada dirinya sendiri : Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku
Hal ini memberikan suatu pelajaran penting: iman bukanlah suatu perasaan. Kalau terjadi bahaya, rasa takut pasti akan muncul. Kalau zat-zat kimia di tubuh kita mengatakan bahwa akan ada malapetaka besar. Atau kita mengalami guncangan hebat, tekanan besar, kegelapan datang. Waktu kepedihan melanda dan kesakitan kita alami… Ketakutan dan peringatan muncul sebagai sesuatu yang alamiah dalam kehidupan kita.
Lalu apa yang dikerjakan oleh iman? Iman akan mengangkat beban dari pergelangan kaki kita dan kita melawan cengkeraman ketakutan tsb serta maju terus apa pun yang terjadi!
Kadang-kadang ketakutan itu mencengkeram begitu rupa sehingga seolah-olah Saudara tidak bisa mendengar suara Tuhan dengan baik pada waktu Saudara melangkah. Tetapi justru di saat seperti itulah justru saat yang tepat untuk melakukan apa yang Saudara percayai….bukan bertindak berdasarkan perasaanmu.
Bersama dengan Tuhan ketakutan tidak akan menghentikan kita, kita akan mengalahkannya. Kalau kita orang percaya maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita, tidak peduli betapa hal tsb melukai kita atau menghantam kita. Yesus berkata bahwa kalau kita menyerahkan kehidupan kita kepada Tuhan, tidak ada sehelai rambut pun yang jatuh tanpa seijin Tuhan! (Luk.21:18)
Cara beroperasi iman itu seringkali tanpa tanda-tanda emosional. Iman secara tersembunyi mempengaruhi kekuatan pikiran dan damai sejahtera roh kita. Saudara bukan ditenggelamkan, tapi bisa mengatasinya. Iman melepaskan kita dari cengkeraman ketakutan.
Tuhan memberikan kita kekuatan untuk menikmati kehidupan, kalau kita percaya. “orang benar akan hidup oleh imannya” Habakuk 2:4 Iman adalah NILAI LEBIH dalam kehidupan kita.
Kalau gunung-gunung harus dipindahkan maka dibutuhkan iman untuk membuatnya terjadi. Dan mujizat tidak akan terjadi sampai ada iman tersebut. With God all things are possible to you. Just believe!
No comments:
Post a Comment