Markus 10:23
Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Beberapa tahun yang lalu, bank besar Citicorp memasang serangkaian reklame iklan tentang uang: “Uang mengubah tebal dompet Anda—pastikan uang tidak mengubah bagian lain dari hidup Anda!” dan “Jika orang berkata bahwa Anda terbuat dari uang, Anda seharusnya memperhatikan kepribadian Anda!” Iklan-iklan ini memberikan sudut pandang baru yang menyegarkan tentang kekayaan.
Allah juga memiliki pandangan yang mengejutkan tentang kekayaan. Menurut Allah, Anda mungkin “kaya” dalam harta duniawi, tetapi jiwa Anda sebenarnya sangat miskin. Atau Anda mungkin miskin secara materi duniawi, tetapi menurut standar Allah, Anda kaya dan berkelimpahan.
Kekayaan memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi seseorang dan ini mengingatkan saya akan sebuah kisah tentang si penguasa muda yang kaya. Setelah mendiskusikan topik kehidupan kekal, Yesus memintanya untuk menjual segala miliknya, memberikannya pada orang-orang miskin, lalu mengikut-Nya. Sayangnya, pemuda tersebut “menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Mrk. 10:22). Lalu, Yesus mengajar para murid-Nya: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay.23).
Ini bukan berarti Yesus menolak kekayaan. Hanya saja Dia bersedih ketika kita menilai sesuatu lebih berharga daripada Dia. Kita dapat bekerja keras dan mendapat uang, tetapi ketika itu menjadi hal-hal yang paling kita kejar dalam hidup, berarti Yesus tidak lagi menjadi yang utama. Menempatkan-Nya sebagai yang pertama dan utama dalam hidup kita adalah kunci dari kekayaan yang sejati. —JMS/RBC Indonesia.org.
Jangan biarkan kekayaan — atau pencarian kekayaan — mengalihkan pencarian Anda akan Yesus.
Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Beberapa tahun yang lalu, bank besar Citicorp memasang serangkaian reklame iklan tentang uang: “Uang mengubah tebal dompet Anda—pastikan uang tidak mengubah bagian lain dari hidup Anda!” dan “Jika orang berkata bahwa Anda terbuat dari uang, Anda seharusnya memperhatikan kepribadian Anda!” Iklan-iklan ini memberikan sudut pandang baru yang menyegarkan tentang kekayaan.
Allah juga memiliki pandangan yang mengejutkan tentang kekayaan. Menurut Allah, Anda mungkin “kaya” dalam harta duniawi, tetapi jiwa Anda sebenarnya sangat miskin. Atau Anda mungkin miskin secara materi duniawi, tetapi menurut standar Allah, Anda kaya dan berkelimpahan.
Kekayaan memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi seseorang dan ini mengingatkan saya akan sebuah kisah tentang si penguasa muda yang kaya. Setelah mendiskusikan topik kehidupan kekal, Yesus memintanya untuk menjual segala miliknya, memberikannya pada orang-orang miskin, lalu mengikut-Nya. Sayangnya, pemuda tersebut “menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Mrk. 10:22). Lalu, Yesus mengajar para murid-Nya: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay.23).
Ini bukan berarti Yesus menolak kekayaan. Hanya saja Dia bersedih ketika kita menilai sesuatu lebih berharga daripada Dia. Kita dapat bekerja keras dan mendapat uang, tetapi ketika itu menjadi hal-hal yang paling kita kejar dalam hidup, berarti Yesus tidak lagi menjadi yang utama. Menempatkan-Nya sebagai yang pertama dan utama dalam hidup kita adalah kunci dari kekayaan yang sejati. —JMS/RBC Indonesia.org.
Jangan biarkan kekayaan — atau pencarian kekayaan — mengalihkan pencarian Anda akan Yesus.
No comments:
Post a Comment