Total Pageviews

Jul 4, 2011

Saya Punya Problem Rambut

Rambut saya kering, bercabang dan rontok. Meskipun terus tumbuh rambut baru, saya takut kalau nanti sudah tua akan botak. Yah, problem rambut ini terjadi karena rambut saya sering dipermak. Dikeriting 2 kali, diluruskan lagi 2 kali, tapi tidak pernah benar-benar dirawat. Salah sendiri!

Selain itu, saya juga sering menarik-narik rambut bercabang saya.
Gatal melihatnya. Jadi saya seringkali memperhatikan kerusakan rambut saya tanpa berusaha mengobatinya.
Tiba-tiba saya ingat sesuatu. Di Alkitab Tuhan bicara soal rambut.

Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. - Matius 10:30

Kalau Tuhan hitung berapa helai jumlah rambut saya, berarti Dia tahu berapa helai yang rontok per harinya. Kata Alkitab lagi, burung pipit tidak akan jatuh tanpa seijin Tuhan, berarti SEMUA hal terjadi atas seijin Tuhan. Termasuk kerontokan rambut saya. Termasuk kering dan pecah-pecahnya rambut saya.

Dia ijinkan itu terjadi.

Kalaupun saya tanya, "KENAPA TUHAN, KENAPA RAMBUTKU RUSAK? ENGKAU TIDAK ADIL MEMBIARKAN RAMBUTKU RUSAK BEGINI!" Orang-orang pasti bilang saya sinting. Salah sendiri, mau cantik tapi tidak mau merawat.

Kalau dipikir-pikir, persis dengan kehidupan ini. Sebelumnya saya tidak berhenti bertanya kenapa mama bunuh diri dan Tuhan ijinkan, kenapa banyak hal buruk – padahal Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan atas manusia – Tuhan ijinkan terjadi? Kenapa Tuhan biarkan rambut saya rontok?

Hmph, saya jadi ingin tertawa sendiri. Masalah rambut rontok ini salah sendiri, bukan salah Tuhan. Saya yang mau rambut saya dikeriting. Saya juga yang memilih untuk tidak merawatnya. KENAPA TUHAN IJINKAN? Tepatnya, KENAPA SAYA IJINKAN? Kadang hal-hal yang menjadi free will saya kaitkan dengan kehendak mutlak Tuhan.

Dua macam kehendak, kehendak yang diijinkan Tuhan, dan kehendak Tuhan yang mutlak. Kadang saya menyatukan keduanya dengan semena-mena lalu menyalahkan Tuhan akibat dari kehendak saya sendiri. Misalnya saya bertanya, "Hari ini aku pake baju apa ya, Tuhan? Baju koko atau rok mini?" "Warnanya apa, Tuhan? Merah hoki gak buat hari Kamis?" KAMU PIKIR TUHAN ITU APA? Cenayang? Pakar kecantikan? Guru Fengshui?

Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab sendiri dengan akal sehat. Misalnya pergi malam-malam pakai rok super ketat lalu disuitin abang-abang, ‘kan salah sendiri. Misalnya lagi, si mama depresi lalu bunuh diri, salahnya sendiri juga. Orang bisa bahagia atau tidak itu pilihannya sendiri, tidak peduli seberapa terpuruknya keadaan yang ada.

Nah, kembali ke masalah rambut rontok, tidak ada satu helai pun rambut saya yang rontok tanpa seijin Tuhan. Berarti kalau Tuhan mengijinkan rambut saya rontok, saya harus berbuat sesuatu terhadap kesalahan saya yang tidak merawat rambut. Sama juga dengan kenapa Tuhan mengijinkan adanya kesalahan-kesalahan yang dibuat manusia terjadi. Karena Tuhan mau manusia belajar. :)

Yah, kalau Tuhan sebegitu pedulinya dengan rambut saya, Dia akan lebih peduli lagi dengan hati saya.

If God does care so much about my hair, HE will care a LOT more about my heart.
 
Kenapa banyak kejadian buruk, kehilangan, kesedihan, rasa marah, bencana yang Tuhan ijinkan terjadi di kehidupan saya? Karena Tuhan mau saya belajar.
Tuhan mau saya mengandalkan Dia.
Saya belajar untuk percaya kedaulatan Tuhan dan belajar untuk tidak menuntut jawaban atas semua pertanyaan saya.
Saya belajar percaya Tuhan tanpa mempertanyakan ini dan itu. Seperti domba yang ikut ke mana gembalanya membawa dia. Pusing juga kalau ada domba yang bertanya, "Kenapa mesti ke padang rumput ini? Kenapa mesti air di sungai ini? Air di sungai ini tidak enak, ke tempat lain saja."

Tuhan juga mau saya membagikan pengalaman ini dan menjadi penghiburan buat orang yang mengalami kejadian yang sama. Lagipula, bukan Tuhan yang merancangkan kecelakaan, tapi manusia dengan free will-nya sendiri yang seringkali mendatangkan bencana, seperti bencana rambut rontok saya. Dan manusia banyak yang mengulangi kesalahannya. Dan orang yang melakukan kesalahan yang sama cenderung mengerti orang lain yang melewati pengalaman yang sama dengannya.

Saya mau percaya dan memang percaya kalau saya bisa melihat kebaikan Tuhan lewat penderitaan, trauma batin dan rasa sakit. Kalau saya selalu mengalami yang baik-baik saja, mungkin saya tidak butuh Tuhan.

Jadi, saya tidak cuma melihat Tuhan menyelamatkan jiwa, perasaan, hati dan hidup saya, tapi juga jiwa, perasaan, hati dan hidup orang lain yang punya pengalaman yang sama. Untuk merekalah saya ada. Untuk memperlihatkan KENAPA Tuhan mengijinkan hal-hal buruk terjadi.

Written by VP